Liburan semester yang telah saya lalui selama 2 bulan terakhir memang sangat berarti lebih bagi saya. Sementara teman-teman jurusan memilih untuk mengambil SP kuliah pengantar analisis real (saya sendiri tidak lulus untuk mata kuliah ini), saya malah mengambil keputusan untuk liburan. Tetapi liburan kemarin sangat berkesan bagi saya. Saya bisa banyak belajar banyak dari orang tua saya, dari lingkungan-lingkungan yang positif. Kuliah kehidupan yang sangat nyata..
Akhirnya liburan tersebut berlalu sudah. Sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir yang memang haus akan liburan, saya mulai menghitung-hitung kalender. Kira-kira kapan ya ada liburan seperti itu lagi? Jadwal setahun terakhir kedepan pun akan dipadatkan oleh TA (Tugas Akhir) kuliah saya, dan mudah-mudahan bisa lulus secepatnya. Tapi kalau dosen pembimbing saya membolehkan saya untuk bjj (bimbingan jarak jauh), mungkin itu bisa menjadi angin segar bagi saya karena saya bisa liburan lagi pada liburan akhir semester ganjil kedepan.
Memang tidak ada sesuatu yang penting pada saat liburan saya, kecuali menghadiri upacara pelebon seorang sulinggih yang masih terhitung kakak kandung dari nenek saya dan juga pelebon sulinggih dari kakak sepupu Ratu Kakiang saya di Batuan. Sebagai seorang kulawarga Brahmana memang sudah wajar hidup dikelilingi oleh para Ida Pedanda, namun acara ini memberikan kesan unik bagi saya karena sangat jarang saya dapat melihat secara langsung upacara Pelebon seorang Ida Pedanda yang sangat berbeda dengan prosesi pelebon pada umumnya. Upacara pelebon itu pula membuat satu keluarga besar saya dapat berkumpul lagi, sangat jarang bagi saya karena acara kumpul-kumpul itu terakhir saya ikuti ketika 5 tahun yang lalu.
Selain event diatas, memang tidak ada sesuatu yang spesial. Hari-hari liburan kebanyakan saya habiskan dengan diam di rumah (memang karena minimnya kendaraan). Sesekali keluar rumah, ke bioskop, pantai, bersilaturahmi bersama teman se-asrama yang kebetulan juga liburan atau bersama keluarga. Yang paling mengherankan, saya tidak sempat bertemu dengan teman-teman saya di SMA dulu.Wow!
Tidak ada rasa penyesalan bagi saya. Saya memang memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak untuk keluarga, sekedar membayar hutang saya pada liburan semester 1 tahun yang lalu. Yeah, karena mengurusi yang namanya Pelatihan Tari Bali 2008, liburan 1 bulan saya habiskan hampir setiap hari untuk bolak-balik Denpasar-Singapadu. Karena itu liburan kemarin serasa membayar hutang saya kepada keluarga saya.haha..
Liburan kemarin juga bisa membantu saya me-reset otak saya ke posisi 'nol'. Kejenuhan selama di Bandung akibat kuliah dan organisasi Asrama, Githa Saraswati, dll bisa saya tinggalkan sejenak. Memang ada kesan meninggalkan tanggung jawab, tapi saya memang menginginkan hal tersebut. Ada rasa penat di kepala saya dan saya harus menetralkannya. Konon rasa stres yang berlebihan bisa memancing berbagai macam penyakit mempengaruhi masa tua dan umur seseorang, dan saya tidak menginginkan hal tersebut. Saya cuma ingin punya umur yang panjang.hehe..
Kesan yang tidak mengenakkan juga sempat saya alami ketika di Bali. Biasa lah ada sedikit perbedaan pendapat dengan orang tua dan adek. Tapi yang paling tidak mengenakkan adalah ketika saya harus mengakhiri liburan panjang saya dengan berangkat kembali ke bandung. Yah, perasaan yang mungkin sering dialami oleh para perantauan yang harus berpisah dengan orang tuanya. Mungkin sedikit terkesan kekanak-kanakan dan tidak cocok untuk seorang mahasiswa laki-laki. Tapi saya anggap itu sebagai suatu anugrah. Sangat jarang orang-orang bisa merasakan perasaan ini, mungkin saja karena mereka kurang dekat dengan orang tua dan keluarga mereka. Yah positifnya, saya memiliki suatu hal yang lebih bagi diri saya sendiri karena memiliki orang tua yang bisa menghabiskan seluruh waktunya dan dekat bagi anak-anaknya tetapi masih memiliki penghasilan yang cukup untuk keluarganya. Sangat jarang ada orang tua yang seperti itu. Memang dulunya saya juga sempat merasakan orang tua yang seperti pepatah ketika kita terbangun orang tua telah pergi bekerja, dan ketika kita tidur orang tua baru datang. Kondisi yang sekarang ini membuat saya selalu mensyukuri apa yang telah saya dapat. Senang rasanya bisa pergi kemana-mana bersama orang tua, punya hobi yang sama. Memancing, nonton film, jalan-jalan ke pantai, melakukan apa pun yang kita mau. Terkadang saya pernah ditertawakan oleh teman saya ketika saya ke bioskop dan konser musik bersama Ajik saya (yang pada umumnya orang-orang pada pergi ke bioskop bersama lawan jenisnya ataupun bersama teman-temannya). Tapi toh bagi saya itu biasa saja. Sangat jarang ada orang tua yang bisa seperti itu, dan saya sangat senang menjadi salah satu dari mereka.Ya khan?
Sungguh berat rasanya ketika akan mengakhiri liburan saya. Hari-hari kebebasan dan kemalasan saya akan kembali dimulai dengan sebuah rutinitas yang membuat kepala saya penat. Saya mulai berpikir kapan saya bisa liburan seperti ini lagi, wah sepertinya sangat jarang karena sebentar lagi saya akan lulus dan mulai bekerja. Teman-teman pasti tahu khan bagaimana umumnya orang bekerja, pagi sampai malam, yang ada hanyalah liburan cuti yang sangat terbatas jumlahnya. Saya mulai berpikir lagi dan mengkhayal sepertinya enak jika pekerjaan saya nantinya sangat bebas, misalnya kerja 3 bulan, libur 2 bulan. Atau pekerjaan yang bisa dilakukan di mana saja, bisa dilakukan di Bali, Bandung, dimana saja. Jadi saya bisa menentukan waktu liburan saya sendiri.
Saya mulai berpikir "sepertinya enak kalau punya kebebasan waktu". Hah? Kebebasan Waktu? Terkesan konyol dan pemalas yak..haha..Tapi, dengan kebebasan waktu saya bisa melakukan apapun yang saya mau. Liburan ke Bali kapanpun dan sampai kapanpun yang saya mau, melakukan apapun yang saya mau, bisa kemana saja, bisa bermalas-malasan, dan mungkin lebih banyak waktu bersama istri dan anak-anak saya nanti.
Mungkin terkesan sulit di masa sekarang ini untuk menerima sebuah ide yang konyol tadi, dimana orang-orang kebanyakan akan bekerja sepanjang hari mereka, datang pagi dan pulang malam, dan mungkin saya akan menjadi salah satu dari mereka itu saya tidak tahu. Tapi pada saat itu saya berpikir dan memutuskan untuk menjadi orang yang memiliki kebebasan waktu di masa depan. Seseorang yang bisa mengendalikan waktu untuk saya sendiri, karena saya tahu bahwa hidup kita hanya sekali jadi harus dinikmati benar-benar. Saya tidak ingin menjadi orang yang menangis menyesal karena tidak sempat menghabiskan waktu bersama orang-orang yang saya cintai, ketika mereka pergi meninggalkan saya. Mungkin ini bisa menjadi impian saya, dan saya sangat yakin bisa mewujudkannya. Impian tanpa keyakinan tidak akan menghasilkan kerja keras untuk mewujudkannya. Secepatnya akan saya tulis di dreambook saya. Yah, tidak ada salahnya bermimpi, toh tidak ada yang dirugikan oleh impian saya...
Hanya sebuah curhat-an seorang mahasiswa yang ingin liburan lagi...
Akhirnya liburan tersebut berlalu sudah. Sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir yang memang haus akan liburan, saya mulai menghitung-hitung kalender. Kira-kira kapan ya ada liburan seperti itu lagi? Jadwal setahun terakhir kedepan pun akan dipadatkan oleh TA (Tugas Akhir) kuliah saya, dan mudah-mudahan bisa lulus secepatnya. Tapi kalau dosen pembimbing saya membolehkan saya untuk bjj (bimbingan jarak jauh), mungkin itu bisa menjadi angin segar bagi saya karena saya bisa liburan lagi pada liburan akhir semester ganjil kedepan.
Memang tidak ada sesuatu yang penting pada saat liburan saya, kecuali menghadiri upacara pelebon seorang sulinggih yang masih terhitung kakak kandung dari nenek saya dan juga pelebon sulinggih dari kakak sepupu Ratu Kakiang saya di Batuan. Sebagai seorang kulawarga Brahmana memang sudah wajar hidup dikelilingi oleh para Ida Pedanda, namun acara ini memberikan kesan unik bagi saya karena sangat jarang saya dapat melihat secara langsung upacara Pelebon seorang Ida Pedanda yang sangat berbeda dengan prosesi pelebon pada umumnya. Upacara pelebon itu pula membuat satu keluarga besar saya dapat berkumpul lagi, sangat jarang bagi saya karena acara kumpul-kumpul itu terakhir saya ikuti ketika 5 tahun yang lalu.
Selain event diatas, memang tidak ada sesuatu yang spesial. Hari-hari liburan kebanyakan saya habiskan dengan diam di rumah (memang karena minimnya kendaraan). Sesekali keluar rumah, ke bioskop, pantai, bersilaturahmi bersama teman se-asrama yang kebetulan juga liburan atau bersama keluarga. Yang paling mengherankan, saya tidak sempat bertemu dengan teman-teman saya di SMA dulu.Wow!
Tidak ada rasa penyesalan bagi saya. Saya memang memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak untuk keluarga, sekedar membayar hutang saya pada liburan semester 1 tahun yang lalu. Yeah, karena mengurusi yang namanya Pelatihan Tari Bali 2008, liburan 1 bulan saya habiskan hampir setiap hari untuk bolak-balik Denpasar-Singapadu. Karena itu liburan kemarin serasa membayar hutang saya kepada keluarga saya.haha..
Liburan kemarin juga bisa membantu saya me-reset otak saya ke posisi 'nol'. Kejenuhan selama di Bandung akibat kuliah dan organisasi Asrama, Githa Saraswati, dll bisa saya tinggalkan sejenak. Memang ada kesan meninggalkan tanggung jawab, tapi saya memang menginginkan hal tersebut. Ada rasa penat di kepala saya dan saya harus menetralkannya. Konon rasa stres yang berlebihan bisa memancing berbagai macam penyakit mempengaruhi masa tua dan umur seseorang, dan saya tidak menginginkan hal tersebut. Saya cuma ingin punya umur yang panjang.hehe..
Kesan yang tidak mengenakkan juga sempat saya alami ketika di Bali. Biasa lah ada sedikit perbedaan pendapat dengan orang tua dan adek. Tapi yang paling tidak mengenakkan adalah ketika saya harus mengakhiri liburan panjang saya dengan berangkat kembali ke bandung. Yah, perasaan yang mungkin sering dialami oleh para perantauan yang harus berpisah dengan orang tuanya. Mungkin sedikit terkesan kekanak-kanakan dan tidak cocok untuk seorang mahasiswa laki-laki. Tapi saya anggap itu sebagai suatu anugrah. Sangat jarang orang-orang bisa merasakan perasaan ini, mungkin saja karena mereka kurang dekat dengan orang tua dan keluarga mereka. Yah positifnya, saya memiliki suatu hal yang lebih bagi diri saya sendiri karena memiliki orang tua yang bisa menghabiskan seluruh waktunya dan dekat bagi anak-anaknya tetapi masih memiliki penghasilan yang cukup untuk keluarganya. Sangat jarang ada orang tua yang seperti itu. Memang dulunya saya juga sempat merasakan orang tua yang seperti pepatah ketika kita terbangun orang tua telah pergi bekerja, dan ketika kita tidur orang tua baru datang. Kondisi yang sekarang ini membuat saya selalu mensyukuri apa yang telah saya dapat. Senang rasanya bisa pergi kemana-mana bersama orang tua, punya hobi yang sama. Memancing, nonton film, jalan-jalan ke pantai, melakukan apa pun yang kita mau. Terkadang saya pernah ditertawakan oleh teman saya ketika saya ke bioskop dan konser musik bersama Ajik saya (yang pada umumnya orang-orang pada pergi ke bioskop bersama lawan jenisnya ataupun bersama teman-temannya). Tapi toh bagi saya itu biasa saja. Sangat jarang ada orang tua yang bisa seperti itu, dan saya sangat senang menjadi salah satu dari mereka.Ya khan?
Sungguh berat rasanya ketika akan mengakhiri liburan saya. Hari-hari kebebasan dan kemalasan saya akan kembali dimulai dengan sebuah rutinitas yang membuat kepala saya penat. Saya mulai berpikir kapan saya bisa liburan seperti ini lagi, wah sepertinya sangat jarang karena sebentar lagi saya akan lulus dan mulai bekerja. Teman-teman pasti tahu khan bagaimana umumnya orang bekerja, pagi sampai malam, yang ada hanyalah liburan cuti yang sangat terbatas jumlahnya. Saya mulai berpikir lagi dan mengkhayal sepertinya enak jika pekerjaan saya nantinya sangat bebas, misalnya kerja 3 bulan, libur 2 bulan. Atau pekerjaan yang bisa dilakukan di mana saja, bisa dilakukan di Bali, Bandung, dimana saja. Jadi saya bisa menentukan waktu liburan saya sendiri.
Saya mulai berpikir "sepertinya enak kalau punya kebebasan waktu". Hah? Kebebasan Waktu? Terkesan konyol dan pemalas yak..haha..Tapi, dengan kebebasan waktu saya bisa melakukan apapun yang saya mau. Liburan ke Bali kapanpun dan sampai kapanpun yang saya mau, melakukan apapun yang saya mau, bisa kemana saja, bisa bermalas-malasan, dan mungkin lebih banyak waktu bersama istri dan anak-anak saya nanti.
Mungkin terkesan sulit di masa sekarang ini untuk menerima sebuah ide yang konyol tadi, dimana orang-orang kebanyakan akan bekerja sepanjang hari mereka, datang pagi dan pulang malam, dan mungkin saya akan menjadi salah satu dari mereka itu saya tidak tahu. Tapi pada saat itu saya berpikir dan memutuskan untuk menjadi orang yang memiliki kebebasan waktu di masa depan. Seseorang yang bisa mengendalikan waktu untuk saya sendiri, karena saya tahu bahwa hidup kita hanya sekali jadi harus dinikmati benar-benar. Saya tidak ingin menjadi orang yang menangis menyesal karena tidak sempat menghabiskan waktu bersama orang-orang yang saya cintai, ketika mereka pergi meninggalkan saya. Mungkin ini bisa menjadi impian saya, dan saya sangat yakin bisa mewujudkannya. Impian tanpa keyakinan tidak akan menghasilkan kerja keras untuk mewujudkannya. Secepatnya akan saya tulis di dreambook saya. Yah, tidak ada salahnya bermimpi, toh tidak ada yang dirugikan oleh impian saya...
Hanya sebuah curhat-an seorang mahasiswa yang ingin liburan lagi...