atiG suG
Mungkin temen-temen udah nggak asing lagi yak dengan nama salah seorang oknum yang saya sebutkan namanya tadi. Yeah, Ponari, Ponari, Ponari beberapa minggu terakhir bocah ini memang sempat menggemparkan dunia pertelevisian Indonesia dengan Kisah Ajaibnya "Ponari dan Batu Petir". Walaupun dia bukan si "Gundala Putra Petir" tetapi Ponari dan Batu Ajaibnya (konon) dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Yeah, saya sempat melihat di TV, ratusan orang bahkan hampir ribuan orang datang berduyun-duyun ke rumahnya agar bisa diobati oleh si Ponari. Mereka rela antri berjam-jam dan bahkan sampai ada yang kehilangan nyawanya karena kehabisan napas saat mengantri. Bahkan menurut saya, antriannya bisa mengalahkan antrian warga saat mengambil dana BLT.haha..

Tapi pada akhirnya sih, Ponari mengaku "capek" dengan ketenaraan yang dimilikinya (bahkan salah satu dari perusahaan berniat untuk merekrut Ponari dan Batu Ajaibnya untuk menjadi salah satu bintang iklan dari produk mereka.wow..) Akhirnya keluarga Ponari pun kembali ke "jalan yang benar" yaitu menjadi warga negara Indonesia yang biasa-biasa saja, akibat merasa jenuh karena di"terror" oleh pasien-pasiennya.wew...

Nah, sebenarnya sih Saya tidak bermasalah dengan namanya Ponari atau siapa saja, entah dia punya batu bertuah, mobil bertuah, atau apa saja dan bukan karena "Kenapa nggak saya aja yang punya batu bertuah tsb?" dsb dsb. Cuma tadi ada selintas berita di televisi yang memuat berita tentang seorang "dukun cilik" baru (lagi) yang memiliki keahlian sama dengan Ponari. Bahkan sudah banyak warga yang datang untuk mencoba khasiat pengobatan dari si "ponari edisi ke-2" ini. Metode pengobatannya pun sedikit berbeda dengan ponari. Ia menggunakan instrumen bambu kuning kemudian dibalut sajadah, sedikit baca mantra (kayaknya) dan jadilah si obat super ampuh itu.woalaah...

Yang menarik disini, pada saya melihat wawancaranya si anak itu, terkesan sih dia nggak ngerti bgtu. Sepertinya, dari mimik wajahnya tercermin sebuah kalimat "sebenarnya saya ngapain sih?". Tiap pertanyaan dari si pewawancara itu, serasa ia tidak jawab dengan lancar (bahkan orang tuanya yang menjawab). Jadi seperti ada kesan dia tidak mengerti apa-apa.

Saya sempat terheran-heran. Tiba-tiba terlintas di benak saya "Kayaknya dia diperalat oleh Orang-tuanya deh". Soalnya menurut saya sih, anak seumurnya kurang memahami dengan yang namanya "metode pengobatan type dukun atau balian", kecuali jika orang tuanya yang memang paham (atau pura-pura paham) dan dengan memanfaatkan isu Ponari, maka terjebaklah dia dengan kegiatan pengobatan "Ponari" itu. Ironis memang, demi ketenaran dan uang semuanya bisa saja dilakukan, dengan menggunakan anaknya (yang notabene mirip Ponari) sebagai maskotnya.

Saya sih juga pernah merasakan "pengobatan alternatif" dan bagi orang bali sendiri itu adalah hal yang wajar, karena kami juga memahami bahwa terdapat alam lain selain alam kita sendiri. Namun saya tidak sepenuhnya percaya begitu saja. Dan dalam kasus "dukun cilik" ini sungguh tidak masuk akal bagi saya. Entah dari mana ilmunya itu nggak bisa saya pikirkan. Kalau menurut saya sih kesembuhan mereka itu karena kepercayaan mereka terhadap "peluang kesembuhannya" dan doa kepada Tuhan. Cuma, sedikit terkesan terhadap cara mereka yang diperalat dan dengan memanfaatkan sifat orang Indonesia yang sebagian besar percaya dengan hal-hal mistis plus kondisinya sedang terkena penyakit (sehingga mereka akan melakukan apapun demi kesembuhan mereka walaupun harus melewati sesuatu yang tidak masuk akal sekalipun), jadilah mereka memanfaatkan para pasien-pasien tersebut. Ditambah lagi para media massa yang mengangkat tema ini yang terkesan "baru" di Indonesia. Jadilah kisah "Ponari dan teman-temannya yang senasib"...

Labels: edit post
0 Responses